Minggu, 06 Oktober 2013

Canggung

Melupakan tak akan mudah.
Walau kau telah yakin merelakan.
Lihat nanti lihat sendiri.
Sampai waktu yang di tentukan datang..

Saat bertemu lagi yang tlah hilang.
Tahukah betapa canggungnya tingkahku.
Kau beri ku lagi senyuman mautmu.
Kau masih sama cantik seperti dulu.
Seperti dulu..

Menyapamu di keramaian.
Bersikap semua terkendalikan.
Atur nafas atur irama.
Dan memberimu sedikit senyuman.
Seandainya bisa aku katakan..

Tahukah betapa canggungnya tingkahku.
Kau beri ku lagi senyuman mautmu.
Kau masih sama cantik seperti dulu.
Seperti dulu..

Melanjutkan lariku yang terhenti olehmu.
Jiwaku terpikat tapi tak ku hiraukan..

Tahukah betapa canggungnya tingkahku.
Kau beri ku lagi senyuman mautmu.
Kau masih sama cantik seperti dulu.
Seperti dulu..

Aku tak mau tahu perasaanmu.
Karna tak merubah kagumku padamu.
Akan kuakhiri saja lagu ini..
Lagu ini..

Terjamah Yang Lain

Seiring meredupnya lilin.
Mencari tahu akhir jalanku.
Selepas sinar senja punah.
Perlahan sakit hatinya mati..

Apa yang kan terjadi.
Pastinya kan terjadi.
Biar waktu yg menghakimi.
Dan aku akan terus bertahan.
Mengharapkannya.
Menantikannya..

My dear, *...
Apa yang kau dengar?
Saat angin menyentuh hatimu..

Apa yang kan terjadi.
Pastinya kan terjadi.
Biar waktu yg menghakimi.
Dan aku akan terus bertahan.
Mengharapkannya.
Menantikannya..
Walau pedihnya tak tertahankan.
Melihatnya terjamah yang lain..

*..., apa yang kau dengar?

Minggu, 15 September 2013

Vicky Prasetyo *LOL

"Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi, karena basically aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya."

"Kita belajar, apa ya, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan."


"Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident. Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga."

Rabu, 14 Agustus 2013

Que Sera, Sera

When I was just a little girl
I asked my mother
What will I be
Will I be pretty
Will I be rich
Here's what she said to me

Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be

When I grew up and fell in love
I asked my sweetheart
What lies ahead
Will we have rainbows
Day after day
Here's what my sweetheart said

Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be

Now I have Children of my own
They ask their mother
What will I be
Will I be handsome
Will I be rich
I tell them tenderly

Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future's not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be
Que Sera, Sera

Minggu, 04 Agustus 2013

Los Numeros del Real Madrid 2013

1. Casillas
2. Varane
3. Pepe
4. Sergio Ramos
5. Coentrao
6. Khedira
7. Ronaldo
8. Kaka
9. Benzema
10. Ozil
11. Dipersiapkan untuk Gareth Bale (Tottenham Hotspurs)
12. Marcelo
13. Jesus*
14. Alonso
15. Carvajal
16.
17. Arbeloa
18. Albiol
19. Modric
20. Higuain*
21.
22. Di Maria
23. Isco
24. Ilarra
25. Diego Lopez
38. Casemiro*

Jumat, 02 Agustus 2013

Belum Ada Judul

Terkadang akan ada seseorang yang datang seperti ibarat betadine, datang hanya memberikan perih, tapi memberikan kesembuhan, meski harus menghilangkan bekas.

Selasa, 23 Juli 2013

Que Sera, Sera! :D

Saatku dibangun dulu,
Aku bertanya jadi apa,
Akankah besar, atau kecil,
Inilah jawabnya.
Que sera sera..
Selama ada Holcim.
Jadi apapun juga,
Pasti sempurna.
Sewaktu aku berdiri,
Akanku jadi apa nanti,
Jadi pujaan, atau terabaikan,
Mungkinkah sejuk, ataupun hangat,
Inilah jawabnya.
Que sera sera..
Selama ada Holcim,
Jadi apapun juga,
Pasti sempurna,

Untuk selamanya.. :D

Belajar tentang hidup ^^

Apalah dayaku, ini pekerjaan yang aku pilih kali ini.

Tukang bangunan.

^^

Minggu, 21 Juli 2013

Malaikat Tanpa Sayap..

"Kita hidup dalam sekat-sekat, pengotakan, pelabelan. Dan saat label kita dicabut, kita bukan siapa-siapa lagi." - Vinno

"Kamu lebih suka di dunia maya? Berarti kamu membiarkan orang di seluruh dunia tahu tentang kamu lewat status kamu. Tapi didunia nyata cuma sahabat-sahabatmu yang tahu." - Vinno

"Hidup hanya milik orang dewasa, kita pura-pura jadi dewasa untuk melewatinya & menjadi anak-anak untuk menghindarinya." - Vinno

"Embun tak perlu warna untuk bisa bikin daun jatuh cinta. Begitupun aku, aku gak ada alasan untuk gak jatuh cinta sama kamu." - Vinno

"Aku cuma ingin tumbuh jadi laki-laki, yang bisa menyimpan sepinya sendiri seperti Papa." - Vinno

"Kamu tau gak, kalau aura kamu positif terhadap hidup, maka alam akan mendukung. Lah kalau muka kamu suntuk begitu?" - Maura

"Buat aku, kematian itu kayak tikungan jalan. Kita gak tahu, apa yang ada di balik tikungan itu." - Maura

"Jatuh cinta sama kamu membuat aku menjadi utuh, aku gak pernah ngerasa separuh."

"Cinta bukan masalah memiliki. Cinta adalah berani untuk pergi dan untuk ditinggal pergi."

"Waktu pernah mematahkan sayap-sayap kami & waktu pulalah yg menyembuhkan, juga mengajari."

"Waktu mengajarkan kita untuk terus berjuang tanpa menyerah apapun alasannya."
"Kadang dalam hidup kita tidak dihadapkan pada pilihan. Dalam hidup nggak ada jaminan buat terus bahagia."
"Kita punya pilihan untuk ngejalanin hidup, tapi kita ngga punya pilihan untuk mati."

"Kematian itu seperti berada ditikungan jalan, kita gak tahu apa yang ada dibalik tikungan itu."

"Kalo aku mati, aku gak minta banyak. Ingat aku sesekali. Oke?"

"Kematian gak punya jam tapi tahu kapan harus datang, mungkin itu kenapa kematian itu bagian dari takdir, karen udah ada."

"Kadang kematian bisa jadi pilihan. Pada satu titik bisa aja itu jadi kematian."

"Semoga semua sakit, menjadi kebahagiaan yang tak terkira. Aku dan kamu, Kelak bahagia pada waktunya, aku gak dendam."

"Aku bahagia denganmu, iya, denganmu, denganmu yang selalu menganggap kekuranganku adalah kelebihanku."

"Setiap orang punya masalah dan kadarnya masing2, jadi jangan pernah merasa hanya masalah sendiri yang paling berat."

"Kalau kamu mau bicara tentang masa depan kamu harus janji dulu, kamu bakal ngejalaninnya dengan aku."

"Otak harus bisa menyaring mana yang harus dilupain, mana yang harus diingat."

"Terkadang untuk dijauhi orang yang kita sayang harus dengan membuat Ia benci terlebih dahulu ke kita."

"Kadang temen di dunia maya itu lebih real daripada di dunia nyata."


"Hidup tuh engga ada yang mudah."

Perahu Kertas ^^

- Kutipan kutipan spesial dari Perahu Kertas

Keenan: Jadi.. kamu ingin menjadi sesuatu yang bukan diri kamu dulu, untuk akhirnya menjadi diri kamu yang asli, begitu?

Kugy: Yah, kalau memang itu jalannya, kenapa nggak?

- Perahu Kertas, halaman 37

Dalam cerpen itu, saya tidak menemukan diri kamu. Yang saya temukan adalah penulis yang pintar merangkai kata-kata, tapi nggak ada nyawa.

- Kennan, Perahu Kertas, halaman 54

Yang jelas kalo lu ternyata nggak punya feeling sama dia, jangan juga lu gantungin, apalagi ngasih harapan.

- Eko, Perahu Kertas 128

Dari pertama kita jadian, gue selalu berusaha ngejar dunia lo. Tapi lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di Bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa terus jalan kalo tempat kita berpijak aja beda.

- Ojos, Perahu Kertas, halaman 147

Kamu bebas percaya apapun yang kamu mau. Saya nggak bisa mengubah anggapan kamu. Hanya kamu sendiri yang bisa.

- Keenan, Perahu Kertas, halaman 152

Aku nggak butuh maaf kamu. I just want you to love me. Why can’t you just love me?

- Wanda, Perahu Kertas, halaman 152

Kamu bisa beli lukisan-lukisan ini, Wanda, tapi kamu nggak akan pernah bisa membeli saya.

- Keenan, Perahu Kertas, halaman 178

Nasi bisa dibeli, tapi rasa percaya? Seluruh uang di dunia ini tidak cukup membelinya.

- Perahu Kertas, halaman 181

Tanpa kekosongan, siapa pun tidak akan bisa memulai sesuatu.

- Luhde, Perahu Kertas, halaman 205

Langit ini cuma tertutup awan. Kalau Keenan bisa menyibak awan-awan itu, Keenan akan menemukan banyak sekali bintang. Dan dari sekian banyak bintang, akan ada satu yang berjodoh dengan kita.

- Luhde, Perahu Kertas, halaman 206

Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.

- Luhde, Perahu Kertas, halaman 221

Sama seperti jodoh, Nan. Kalau punya masalah, tidak berarti harus cari pacar baru, bukan? Tapi rasa cinta kamu yang harus diperbarui. Cinta bisa tumbuh sendiri, tapi bukan jaminan bakal langgeng selamanya, apalagi kalau tidak dipelihara.

- Pak Wayan, Perahu Kertas, halaman 230

Dimanapun kamu.. semoga pesan ini sampai, meski tanpa perahu.. aku sangat kehilangan kamu.

- Kugy, Perahu Kertas, halaman 232

Buat apa dia kembali? Buat apa muncul sejenak lalu menghilang lagi nanti?

- Kugy, Perahu Kertas, halaman 332

Biarpun satu dunia ngegoblok-goblokin aku, tapi memang ini yang aku mau. Aku pingin jadi penulis dongeng. Dari dulu sampai sekarang.. nggak berubah.

- Kugy, Perahu Kertas, halaman 362

Kita nggak pernah tahu kalau nggak dicoba.

- Kugy, Perahu Kertas, halaman 376

Poyan percaya hidup ini sudah diatur. Kita tinggal melangkah. Sebingung dan sesakit apa pun, semua sudah disiapkan bagi kita. Kamu tinggal merasakan saja.

- Pak Wayan, Perahu Kertas, halaman 391

Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa. Tidak juga janji atau kesetiaan. Tidak ada. Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap bersamamu, hatinya tidak bisa dipaksa oleh apapun, oleh siapapun.

- Pak Wayan, Perahu Kertas, halaman 391

Secerdas-cerdasnya otak kamu, nggak mungkin bisa dipakai untuk mengerti hati. Dengerin aja hati kamu.

- Karel, Perahu Kertas, halaman 404

Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya.

- Remi, Perahu Kertas, halaman 427

Saya ingin melepas Keenan pergi. Sebelum kita berdua berontak, dan jadi saling benci. Atau bersama-sama cuma karena menghargai.

- Luhde, Perahu Kertas, halaman 429

Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.

- Luhde, Perahu Kertas, halaman 430

Sabtu, 20 Juli 2013

Tears don't fall..

Aku bahkan lupa bagaimana rasanya diperhatikan.

Kamis, 06 Juni 2013

Sikunir Sunrise


Melihat keindahan candi ketika traveling ke Dataran Tinggi Dieng sudah biasa. Jika ingin berbeda, akhir pekan ini cobalah mampir ke Gunung Sikunir, tempat untuk mendapat sunrise terbaik di Dieng. Pasti terpukau.
Gunung Sikunir dengan ketinggian 2.263 mdpl ini memiliki pemandangan alam yang cantik. Sayang sekali jika dilewatkan ketika Anda mengunjungi dataran tinggi Dieng.
Meskipun berada cukup jauh dari tempat wisata utama lain di Dieng, turis bisa berjalanan kaki untuk mencapai puncak gunung. Waktu yang dihabiskan juga tak begitu lama, yaitu hanya 30 menit dengan jarak tempuhnya sekitar 1 km. Jarak tersebut diambil dari akses terakhir kendaraan bermotor.
Begitu tiba di puncak, kita dapat menikmati cantiknya kilau emas mentari terbit. Pemandangan ini semakin cantik karena berhias rentetan bentang alam yang indah khas Dataran Tinggi Dieng.

Senin, 03 Juni 2013

PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Pendekatan ekonomi
konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran
kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) atau kesejahteraan
pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara
materi bertambah baik posisinya dan demikian pula sebaliknya, tentunya setelah
dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita). Kritik terhadap GNP sebagai
ukuran kesehateraan ekonomi muncul. Para pengkritik
mengatakan bahwa GNP per kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak
sempurna. Sebagai contoh, jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang
mengurangi jam kerja atau mengambah waktu leisure/istirahatnya
tentunya hal itu bukan menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk.
Secara sederhana formulasi konsep MEW:

MEW: C – public
expenditures – durable goods consumption – loss of welfare due to pollution,
urbanization and congestion + value or durables actually consumed during the
year + value of non-market services +value of leisure.

Nordhaus dan Tobin dari
Yale bersama-sama dalam tahun 1972 mengajukan konsep MEW (Measure of
Economic Welfare
), tetapi sayang konsep ini tidak berkembang dan sampai
saat ini cenderung masih digunakan GDP riil per kapita sebagai ukuran
kesejahteraan suatu Negara.

Berikut ini beberapa
keberatan penggunaan GDP riil per kapita sebagai indikator kesejahteraan suatu
Negara:

1. Umumnya hanya
produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP. Sedangkan produk yang dihasilkan
dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam GNP.

2. GNP juga tidak
menghitung nilai waktu istirahat (leisure time), padahal ini sangat
besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Semakin kaya seseorang akan semakin
menginginkan waktu istirahat.

3. Kejadian buruk
seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, padahal kejadian tersebut jelas
mengurangi kesejahteraan.

4. Masalah polusi
juga sering tidak dihitung dalam GNP. Banyak sekali pabrik-pabrik yang dalam
kegiatan produksinya menghasilkan polusi air maupun udara. Ini jelas akan
merusak lingkungan.

Bagaimana ekonomi islam
mengkritisi perhitungan GDP riil per kapita yang dijadikan sebagai indikator
bagi kesejahteraan suatu negara?

Satu hal yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah panggunaan
parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan
yang sebenar-benarnya, di mana komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam
pengertian falah ini. Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi(nidzom
al-iqtishad
) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia
kepada real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya.

Memang benar bahwa
semua sestem ekonomi baik yang sudah tidak eksis lagi atau telah terkubur oleh
sejarah maupun yang saat ini sedang berada di puncak kejayaannya, bertujuan
untuk menghantarkan kesejahteraan kepada para penganutnya. Namun lebih sering
kesejahteraan itu diwujudkan pada pengingkatan GNP yang tinggi, yang kalau
dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan per capita income yang
tinggi. Jika hanya itu ukurannya, maka kapitalis modern akan mendapat angka
maksimal.

Pendapatan per kapita
yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan. Ia
hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficient
condition
. Al-Falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep
Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam, esensi manusia ada pada
ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk ekonomi diarahkan
tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga
memenuhi kebutuhan ruhani di mana ia merupakan esensi manusia.

Maka dari itu selain
harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan,
penghitungan pendapatan nasional berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali
bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam
meningkatkan kesejahteraan umat.

Pada intinya, ekonomi
Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi
dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam.

Setidaknya ada empat
hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional
berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahtraan bisa dilihat secara
lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut adalah:

1. Pendapatan
Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga.

Kendati GNP
dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar, GNP
tidak dapat menjelaskan komposisi dan distribusi nyata dari output per kapita.
Semestinya, penghitungan pendapatan nasional islami harus dapat mengenali
penyebaran alamiah dari output per kapita tersebut, karena dari sinilah
nilai-nilai sosial dan ekonomi Islami bisa musuk. Jika penyebaran pendapatan
individu secara nasional bisa dideteksi secara akurat, maka akan dengan mudah
dikenali seberapa besar rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Barangkali inilah
yang menjelaskan, ketika pemerintahan SBY memberikan Bantuan Tunai Langsung
(BLT) kepada rakyat miskin, terjadi banyak ketidakpuasan, karena daftar yang
nyata dari rakyat yang dikatagorikan miskin sesungguhnya sangat tidak akurat.
Penghitungan dari BPS didasarkan pada survei yang kurang mencermikan kenyataan
sesungguhnya, sementara angka GNP memang tidak dapat digunakan untuk mendeteksi
jumlah penduduk miskin.

Demikian pula GNP
tidak mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransaksikan di pasar.
Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak
memasuki di pasar tidak tercatat di dalam GNP. Padahal kenyataan ini sangat
mempengaruhi kesejahtraan individu. Sesengguhnya angka ini bisa diperoleh
melalui satu survei nasional yang menyeluruh. Pendapatan per kapita yang
diperoleh melalui survei demikian, bisa diduga, akan mengahasilakan angka yang
lebih besar ketimbang GNP per kapita.

Persoalan lainnya
adalah, di dalam penghitungan GNP konvensional, produksi barang-barang mewah
memiliki bobot yang sama dengan produksi barang-barang kebutuhan pokok.
Maksudnya, produksi beras yang menghasilkan uang Rp 10 juta, sama nilainya
dengan produksi perhiasan emas yang juga menghsilkan Rp 10 juta. Maka untuk
lebih mendekatkan pada ukuran kesejahteraan, ekonomi Islam menyarankan agar
produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang lebih berat ketimbang produksi
barang-barang mewah.

2.
Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi Di Sektor Pedesaaan.

Sangatlah
disadari bahwa tidak mudah mengukur secara akurat produksi komoditas subsisten,
namun bagaimanapun juga perlu satu kesepakatan untuk memasukkan angka produksi
komoditas yang dikelola secara subsistem tersebut ke dalam penghitungan
pendaptan nasional. Komoditas subsisten ini, khususnya pangan, sangatlah
penting di negara-negara muslim yang baru dalam beberapa dekade ini masuk dalam
percaturan perekonomian dunia.

Satu contoh
betapa tidak sempurnanya perkiraan produksi komoditas subsisten ini adalah,
kita tidak pernah benar-benar dapat mengetahui berapa sesungguhnya pendapatan
masyarakat desa dari sektor subsisten ini. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan, khususnya berkaitan dengan tingkat
kesejahteraan rakyat lapisan bawah yang secara masa memiliki jumlah terbesar.

Untuk mengetahui
tingkat produksi komoditas subsisten ini, harus diketahui terlebih dahulu
tingkat harga yang digunakan. Pada umumnya ada dua jenis harga pasar, yakni
harga yang secara nyata diterima petani atau diharapkan akan diterima oleh
petani, dan satu set harga lainnya adalah nilai yang dibayar oleh konsumen di
pasar eceran. Peningkatan produksi pertanian di tingkat rakyat pedesaan,
umumnya justru mencerminkan penurunan harga produk-produk pangan di tangat
konsumen suburban, atau sekaligus mencerminkan peningkatan pendapatan para
pedagang perantara, yang posisinya berada di antara petani dan konsumen. Ketidakmampuan
mendeteksi secara akurat pendapatan dari sektor subsisten ini jelas satu
kelemahan yang harus segera diatasi, karena di sektor inilah bergantung nafkah
dalam jumlah besar, dan di sinilah inti masalah dari distribusi pendatapan.

3.
Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi Islami

Kita sudah
melihat bahwa angka rata-rata pendapatan per kapita tidak menyediakan kepada
kita informasi yang cukup untuk mengukur kesejahtraan yang sesugguhnya. Adalah
sangat penting untuk mengekspresikan kebutuhan efektif atau kebutuhan dasar
akan barang dan jasa, sebagai persentase total konsumsi. Hal itu perlu
dilakukan karena kemampuan untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti pangan,
perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, rekreasi dan pelayanan
publik lainnya, sesungguhnya bisa menjadi ukuran bagaimana tingkat kesejahtraan
dari suatu negara atau bangsa.

Sungguh menarik
untuk mengkaji apa yang dilakukan Nordhaus dan Tobin dengan Measures for
Economics Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil,
maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi
kepada kesejahtraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwa
kesejahtraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan
ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada tingkat konsumsinya.

Beranjak dari definisi
konsumsi yang ada selama ini, kedua proffesor itu lalu membagi jenis konsumsi
ke dalam tiga katagori:

a.
Belanja untuk keperluan publik, seperti membuat jalan, jembatan, jasa polisi
dll.

b.
Belanja rumah tangga, seperti membeli TV, mobil, dan barang-barang yang habis
dipakai.

c.
Memperkirakan berkurangnya kesejahtraan sebagai akibat urbanisasi, polusi, dan
kemacetan.


Disamping tiga kategori di atas, kedua profesor itu juga mambuat tiga tambahan
pendekatan lagi, yakni:

a.
Memperkirakan nilai jasa dari barang-barang tahan lama yang dikonsumsi selama
setahun.

b.
Memperkirakan nilai dari perkerjaan-pekerjaan yang dilakukan sendiri, yang
tidak melalui transaksi pasar.

c.
Memperkirakan nilai dari rekreasi.

Meski MEW ini diukur
dalam konteks barat, konsep ini sebenarnya menyediakan petunjuk-petunjuk yang
berharga untuk memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara islami.

4.
Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial
Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.

Kita tahu bahwa
GNP adalah ukuran moneter dan tidak memasukkan transfers payments
seperti sedekah. Namun haruslah disadari, sedekah memiliki peran yang
signifikan di dalam masyarakat islam. Dan ini bukan sekedar pemberian suka rela
kepada orang lain namun merupakan bagian dari kepatuhan dalam menjalankan
kehidupan beragama. Di dalam masyarakat Islam, terdapat satu kewajiban
menyantuni kerabat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Meski tidak gampang
memperoleh datanya, upaya mengukur nilai dari pergerakan semacam ini dapat
menjadi informasi yang sangat bermanfaat untuk mendalami bekerjanya sistem
keamanan sosial yang mengakar di masyarakat islam.

Di sejumlah
negara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan transaksi yang didasarkan
pada keinginan untuk melakukan amal kebajikan, memiliki peran lebih penting
dibanding negara barat. Tidak hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan
ekonomi yang diambil alih oleh keluarga maupaun suku, tetapi juga ada begitu
banyak ragam kewajiban santunan di antara anggota keluarga. Tidak semuanya
melibatkan jumlah uang yang besar, karena yang terjadi kadang-kadang hanya merupakan
hibah berupa barang atau jasa yang kecil nilainya. Ada satu kesenjangan keterikatan antara jasa
dan pembayaran, misalnya donasi untuk pemeliharaan masjid, menggaji imam
masjid, kegiatan pedesaan, dll.

Adalah penting
untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal shadaqah antar saudara.
Melalai peningkatan pencatatan dan sektor tambahan dari aktivitas ini dapat
dikaji untuk pengambilan keputusan.

Dibanding amal
sedekah yang sering dikeluarkan umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung,
sesungguhnya lebih mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer
yang paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur
pendapatan dari zakat sebagai persentase dari GNP. Pengukuran ini akan sangat
bermanfaat sebagai variabel kebijakan di dalam pengambilan keputusan di bidang
sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari rancangan untuk mengentaskan
kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk mengatasi masalah kemiskinan di
negara-negara muslim kini tengah menjadi agenda negara-negara tersebut.


Pengukuran
Pendapatan Nasional Tolok ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan
perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk
nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran
luar negeri. Pendapatan nasional (National Income) adalah merupakan salah satu
tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah
ekonomi makro yang dihada­pi masyarakat sesuatu negara. Dalam menghitung
pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni: 1. Metode
produksi (Production Approach) 2. Metode pendapatan (Income Approach) 3. Metode
pengeluaran (Expenditure Approach) Metode Produksi. Penghitungan pendapatan
nasional dengan metode produksi ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang
dan jasa yang dihasilkan sesuatu masyarakat atau negara dalam satu tahun. Semua
nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Apabila jumlah produk
ke 1 kita tandai dengan Q1, produk ke 2 kita tandai dengan Q2, dan seterusnya
hingga produk ke n kita tandai dengan Qn, sedangkan di lain pihak harga satuan
produk kita tandai dengan P1, harga satuan produk ke 2 kita tandai dengan P2,
dan seterusnya hingga satuan produk ke n yang kita tandai dengan Pn, maka dalam
bentuk persamaan matematika pendekatan produk akan kita dapatkan: NI = P1Q1 +
P2Q-2 + ..... + PnQn atau NI = EMBED Equation.2 yang mempunyai makna bahwa
pendapatan nasional atas dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk
nasional atas dasar harga pasar. Metode Pendapatan. Perhitungan pendapatan
nasional dengan mengunakan metode pendapatan adalah dengan menjumlahkan semua
pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dalam suatu masyarakat atau
negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa p-endapatan dari sewa,
bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya. Angka yang diperoleh dari
penghitungan pendapatan nasinal dengan menggunakan metode ini menunjukkan
besarnya Pendapatan Nasional (National Income = NI). Metode Pengeluaran. Dalam
penghitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran, ad-alah dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni dari rumahtangga,
perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat atau negara
pada periode tertentu. Angka yang diperoleh dari perhitungan ini menunjukkan
besarnya Produk Nasional bruto (Gross National Product = GNP) masyarakat dalam
perekonomian negara tersebut. Ke-tiga cara di atas akan menghasilkan nilai yang
sama. Dengan kata lain, GNP = GNI = GNE. Beberapa bentuk dari istilah
"Pendapatan nasional" Definisi dari pendapatan nasional. * Produk
Nasional Bruto: pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran *
Produk Domestik Bruto: pendapatan nasional yang dihitung secara produksi *
Pendapatan Nasional: pendapatan nasional yang dihitung secara pendapatan Dari
definisi pendapatan nasional, ini berarti walaupun barang- barang yang
diciptakan adalah berbetuk benda, pendapatan nasion­al dihitung dengan
menentukan nilai uang dari berbagai jenis barang dan jasa yang diproduksi oleh
sesuatu perekonomian. Tujuannya untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh
perbe­daan dalam satuan penghitungan. Pendapatan Nasional Menurut Harga yang
Berlaku dan Pendapatan Nasional Riil Dengan adanya perubahan harga yang berlaku
dari satu tahun ke tahun lainnya, maka nilai pendapatan nasional yang dihitung
menurut harga yang berlaku pada tahun di mana barang dan jasa yang dijual ke
pasar tidak selalu mencerminkan perubahan jumlah produksi barang dan jasa yang
sebenarnya terjadi dalam perekonomian. Untuk mengatasinya, haruslah dipastikan
agar nilai-nilai pendapatan nasional yang diperbandingkan tersebut dihitung
menurut harga yang tetap. Yang dimaksud, pendapatan nasional menurut harga
tetap atau pendapatan nasional riil. Sebaliknya adalah pendapatan nasional
menurut harga yang berlaku. Cara yang paling sederhana untuk menentukan
pendapatan nasional riil adalah dengan mendeflasikan nilai pendapatan na­sional
menurut harga yang berlaku, yakni dengan cara menghitung nilai pendapatan
nasional riil dari berbagai tahun dengan mengabaikan pengaruh kenaikan harga
yang terjadi dari tahun ke tahun terhadap kenaikan pendapatan nasional pada
tahun yang bersangkutan dengan menggunakan indeks harga. Salah satu tujuan dari
penghitungan pendapatan nasional adalah untuk mengetahui perkembangan ekonomi
suatu negara, yakni dengan mengetahui pertambahan penda­patan nasional riil
yang terjadi dalam satu tahun tertentu pada sesua­tu negara yang berlaku dari
tahun ke tahun. EMBED Equation.2 EMBED Equation.2 GNPr1 : pendapatan
nasional riil pada tahun yang tingkat perkembangan ekonominya akan ditentukan.
GNPr0 : pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya. G : tingkat
perkembangan ekonomi yang dicapai dinyatakan dalam persentasi dari GNPr0
Pendapatan Nasional dengan Metode Pengeluaran Di negara-negara yang
perekonomiannya sudah sangat maju, menghitung pendapatan nasional dengan cara
pengeluaran adalah cara yang paling penting. Karena dapat memberikan gambaran
mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang telah dicapai. Dalam menghitung nilai
pendapatan nasional menurut metode pengeluaran, kita harus dapat membedakan
antara barang jadi dan barang setengah jadi. Hal ini karena dalam perekonomian
suatu negara sering berlaku keadaan di mana sesuatu barang diproses oleh
beberapa perusahaan sebelum menjadi barang jadi. Berarti suatu barang jadi
mungkin telah beberapa kali diperjual belikan di pasar sebelum selesai
mengalami proses produksi. Apabila semua nilai jualbeli yang terjadi dijumlah­kan
ke dalam pendapatan nasional, maka nilai yang diperoleh akan lebih besar
dibandingkan nilai produksi yang sebenarnya telah diciptakan. Untuk menghindari
hal tersebut, maka yang harus dijum­lahkan di dalam menghitung pendapatan
nasional adalah: (1) nilai barang jadi saja, atau (2) nilai-nilai tambahan yang
diciptakan dalam setiap tingkat proses produksi. Penghitungan pendapatan
nasional dengan metode pengeluaran, membedakan pengeluaran dalam 4 golon­gan,
yaitu: 1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga, yakni pengeluaran yang dilakukan
oleh rumah tangga- rumah tangga atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai perusahaan. 2. Konsumsi pemerintah, yakni pengeluaran yang dilakukan
oleh pemerintah atas barang yang bersifat konsumtif, artinya barang bukan
kepentingan investasi. 3. Pembentukan modal bruto atau investasi bruto, yakni
pengeluaran yang dilakukan oleh para pengusaha guna membeli barang dan modal
untuk mendirikan perusahaan ataupun memperluas perusahaan sendiri. 4. Ekspor
bersih atau ekspor neto, yakni penjualan barang dan jasa yang diproduksikan di
negara yang bersangkutan ke negara lain dikurangi dengan pengeluaran atas
barang dan jasa yang diproduksikan di negara lain oleh penduduk negara
tersebut. Atau dengan kata lain ekspor neto adalah ekspor bruto dikurangi impor
Penggolongan ini sesuai dengan corak analisis makroekonomi, yang juga
membedakan jenis pengeluaran dalam masyarakat seperti yang dilakukan dalam
penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran. Nilai yang diperoleh
dalam perhitungan dinamakan Produk Nasional Bruto (GNP atau Gross National
Product) menurut harga pasar. Ada
juga yang menyebut sebagai pengeluaran atas pendapatan nasional, karena
nilai-nilai yang ditunjukkan dalam penghitungan tersebut menggambarkan berbagai
jenis pengeluaran atas barang dan jasa yang diproduksi di negara itu. Peranan
Berbagai Sektor Dalam Menciptakan Pendapatan Nasional Cara kedua untuk
menghitung pendapatan nasional adalah dengan cara produksi. Nilai pendapatan
nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai-nilai tambahan yang
diciptakan oleh tiap-tiap sektor yang ada dalam perekonomian. Seluruh nilai
tambahan yang diciptakan dalam sesuatu sektor merupakan nilai produksi dari
sektor tersebut yang disumbangkan kepada pendapatan nasion­al. Di samping untuk
menunjukkan besarnya kontribusi dari tiap-tiap sektor ekonomi kepada pendapatan
nasional, penghitungan pendapatan nasional dengan cara produksi dilakukan hanya
dengan menjumlahkan nilai-nilai tambahan yang diciptakan, adalah dengan tujuan
untuk menghindari penghitungan dua kali. Dalam proses produksi barang jadi,
akan menggunakan barang setengah jadi yang dihasilkan oleh industri lain,
artinya output suatu perusahaan menjadi input bagi perusahaan lain. Misalnya
yang termasuk produksi pakaian adalah produksi tukang jahit, produksi kue
dengan produksi terigu dan sebagainya. Sebagai contoh, nilai penjualan dari
seluruh perusahaan yang tergolong dalam industri pakaian adalah sebesar Rp. 3
milyar. Nilai bahan mentah untuk memproduksi barang tersebut sebesar Rp.750
juta, maka nilai pendapatan nasional dari sektor industri pakaina yang dihitung
berdasarkan metode produksi bukan sebesar Rp. 3 milyar, karena di dalamnya
terdapat nilai bahan mentah sebesar Rp.750 juta yang dihitung pada saat
menghitung nilai pendapatan nasional dari sektor industri barang setengah jadi.
Dengan demikian terjadi penghitungan dua kali. Untuk menghindari hal tersebut,
yang dihitung adalah nilai tambah yang diciptakan oleh industri tiap sektor.
Dari contoh di atas nilai tambah yang diciptakan dalam industri pakaian adalah
Rp. 3 milyar dikurangi Rp.750 juta, yakni sebesar Rp. 2 milyar 250 juta. Nilai
tersebut merupakan besarnya sumbangan industri itu kepada pendapatan nasional.
Perbedaan antara Produk Nasional Bruto Menurut Harga Pasar dengan Produk
Domestik Bruto Menurut Harga Faktor Nilai pendapatan nasional yang dihitung
dengan metode penge­luaran biasa disebut dengan Produk Nasional Bruto menurut
harga pasar, se­dangkan dengan metode produksi biasa disebut dengan Produk
Domestik Bruto menurut harga faktor. Faktor yang menyebabkan perbedaan penggu­naan
istilah tersebut adalah: 1. penghitungan pendapatan nasional dengan menggunakan
metode pengeluaran berbagai barang dan jasa yang terma­suk dalam pendapatan
nasional dihitung menurut harga pasar. Dengan cara produksi, nilai produksi
yang diciptakan oleh berbagai sektor dihitung menurut harga faktor (gaji dan
upah, bunga, sewa dsb). 2. perbedaan kedua cara penghitungan pendapatan
nasional tersebut adalah dalam memperlakukan: (i) pendapatan faktor produksi
yang dimiliki negara-negara lain yang digunakan di negara tersebut (ii)
pendapatan yang diperoleh penduduk negara itu dari faktor produksi yang
dimilikinya, yang digunakan oleh negara lain. Perbedaan nilai antara pernyataan
(i) dengan pernyataan (ii) disebut dengan: pendapatan faktor neto dari luar
negeri. Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi, nilai
pendapatan faktor dari luar negeri tidak termasuk dalam nilai pendapatan
nasional, akan tetapi nilai pembayaran pendapa­tan faktor ke luar negeri diperhitungan.
Pendapatan Nasional: Pendapatan dari Faktor Produksi Cara Menggolongkan
Pendapatan Faktor Produksi Pendapatan nasional tidak ditentukan dengan
menghitung dan menjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga serta keuntungan
yang diterima oleh seluruh faktor produksi dalam satu tahun tertentu. Karena
dalam perekonomian terdapat banyak kegia­tan di mana pendapatannya merupakan
gabungan dari gaji atau upah, sewa, bunga dan keuntungan. Penghitungan
pendapatan nasional dengan metode pendapatan, pada umumnya menggolongkan
pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi dengan cara sebagai berikut: 1.
Pendapatan para pekerja, yakni: gaji dan upah. 2. Pendapatan dari usaha
perseorangan (perusahaan perseorangan). 3. Pendapatan dari sewa. 4. Bunga neto,
yakni: seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga pinjaman
konsumsi dan bunga pinjaman pemerintah. 5. Keuntungan perusahaan. Bunga
pinjaman pemerintah dan bunga pinjaman untuk konsumsi tidak dihitung sebagai
bagian dari pendapatan nasional karena dipandang pembayaran bunga yang
diperoleh tersebut bukan­lah bunga yang dibayarkan kepada modal yang dimiliki
oleh masyar­akat dan perusahaan, yang dipinjamkan untuk digunakan dalam
kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pembentukan modal/inves­tasi.
Berdasarkan alasan yang sama bunga yang dibayar oleh konsu­men untuk membeli
barang-barang konsumsi secara cicilan tidak termasuk sebagai bagian dari
pendapatan nasional. Penghitungan Pendapatan Nasional di Indonesia Penghitungan
Menurut Metode Produksi Pendapatan nasional di Indonesia yang dihitung dengan
cara produksi, nilai pendapatan nasional yang diperoleh dinamakan Produk
Domestik Bruto menurut harga pasar. Hal ini berarti di dalam menilai produksi
yang tercipta di tiap-tiap sektor, bukan saja dihitung pembayaran kepada
faktor-faktor produksi yang digunakan, tetapi juga pajak tak langsung yang
dibayar oleh tiap-tiap sek­tor. Penghitungan Menurut Metode Pengeluaran Dengan
penghitungan pendapatan nasional menggunakan metode pengeluar­an, maka dapat
diketahui sekaligus Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto dan Pendapatan
Nasional. Yang terlebih dahulu diperoleh adalah Produk Domestik Bruto. Dalam
penghitungan pendapatan nasional Indonesia dan beberapa negara
berkem­bang lainnya, dari penjumlahan berbagai jenis pengeluaran dalam
masyarakat yang kemudian dikurangi dengan impor diperoleh Produk Domestik Bruto
menurut harga pasar. Untuk memperoleh Produk Nasional Bruto, maka Produk Domes­tik
Bruto harus ditambah dengan pendapatan faktor bersih dari luar negeri. Apabila
Produk Nasional Bruto dikurangi pajak tak langsung neto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi) dan penyusutan nilai, maka akan diperoleh Pendapatan
Nasional. Meskipun penghitungan pendapatan nasional dengan metode pendapatan
tidak dilakukan di Indonesi, namun nilai pendapatan nasional masih dapat
diperoleh.

Sabtu, 01 Juni 2013

Ribuan Seniman Siap Meriahkan "Magelang Night Carnival"

MAGELANG, KOMPAS.com - Ribuan seniman dipastikan akan memeriahkan Magelang Night Carnival (MNC) yang akan digelar pada Sabtu (1/6/2013) mendatang. MNC merupakan kegiatan puncak penutupan peringatan Hari Jadi ke-1107 Kota Magelang.
Jimmy Palapa, Ketua Panitia MNC menyebutkan, akan ada 60 kelompok dari berbagai elemen seniman dan masyarakat baik dari Kabupaten/Kota Magelang, Temanggung dan Salatiga akan tampil di acara tersebut mulai pukul 18.00 sampai 01.00 WIB dini hari, start di Jalan A Yani Kota Magelang. Menurut Jimmy, MNC tahun ini mengambil tema "Magelang Behias" sejalan dengan visi misi Kota Magelang sebagai Kota Sejuta Bunga.
Even ini adalah yang kedua kali dilaksanakan dan dipastikan akan lebih meriah dibanding tahun lalu. "Tahun lalu hanya ada 30 kelompok seniman, tahun ini dua kali lipatnya, persiapan juga lebih matang," ungkap Jimmy, Kamis (30/5/2013).
Diterangkan Jimmy, setiap kelompok yang terdiri dari puluhan seniman itu nantinya akan menampilakn berbagai atraksi yang unik dan menarik. Antara lain, parade mobil hias, kesenian tradisional, fashion show on the street, tarian modern, Magelang Batik Carnival, barongsai, parade Duta Wisata Kota/Kabupaten Magelang hingga atlet pencak silat dan wushu.
"Istimewanya, kami juga akan menampilkan secara khusus grup kesenian Reog dari Ponorogo Jawa Timur, Naga Barongsai dari empat wilayah di Kedu, Marching Band Canka Lokananta Akmil Magelang, Kapal Cheng Hoo yang dinaiki oleh komunitas Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Magelang serta replika burung Garuda dan Jatayu setinggi dua meter," jelas pria kelahiran 25 Mei itu.
MNC ini, kata Jimmy, sengaja diselenggarakan sebagai upaya untuk menghidupkan suasana malam di Kota Magelang. Karena, menurutnya, selama ini Kota Magelang termasuk kota yang sepi pada malam hari, tidak seperti kota tetangga Yogyakarta dan Semarang.
"Kami juga ingin menyatukan semua elemen masyarakat di sekitar Magelang tanpa ada perbedaan melalui MNC. Dari beberapa kegiatan yang telah kami gelar, bersyukur cukup sukses dan mampu menghibur masyarakat. Ini bukti bahwa masyarakat Magelang haus akan hiburan," tutur pengusaha elektronik dan pegiat property ini.
Menurutnya, even-even tahunan semacam ini perlu terus digalakkan karena ternyata mampu mendongkrak perkembangan suatu daerah, utamanya di bidang pariwisata.
Jimmy mencontohkan, berbagai daerah di Indonesia seperti Jember, Solo dan Yogyakarta kerap menggelar acara tahunan dan terlihat daerah tersebut terus maju dan berkembang.
"Kami berharap, even MNC nantinya bisa jadi ikon Kota Magelang. Sehingga ke depan Magelang menjaid kota yang layak jual," harapnya.
Untuk penyelenggaraan ini, Jimmy mengaku mengeluarkan dana hingga Rp 140 juta. Dana tersebut diperoleh dari sumbangan para donatur di Magelang, sejumlah sponsor serta Pemerintah Kota Magelang.

Jumat, 31 Mei 2013

Pendapatan Nasional Dalam Teori Konvensional dan Ekonomi Syariah

Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu (biasanya satu tahun) atau dapat diartikan pula bahwa pendapatan nasional adalah jumlah penghasilan yang diterima pemilik faktor-faktor produksi sebagai balas jasa atas sumbangannya dalam proses produksi dalam kurun waktu satu tahun (periode tertentu).
Perhitungan pendapatan nasional dapat memberikan perkiraan seluruh produk yang dihasilkan di dalam negeri (GDP) secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa serta memberikan pemahaman terhadap kerangka kerja hubungan antara variabel makroekonomi yaitu output, pendapatan, dan pengeluaran.
Terdapat tida element penting dalam konsep ini antara lain produk domestik bruto (gross domestic product/ GDP), produk nasional bruto (gross nasional product/ GNP) dan product nasional netto (net national product/ NNP).
GDP merupakan jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ditambah barang dan jasa perusahaan asing yang berprestasi di negara tersebut, tidak termasuk hasil barang dan jasa warga negara tersebut yang berkerja di luar negeri. Sedangkan GNP adalah jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ditambah hasil barang dan jasa atau pendapatan warga negara tersebut yang berkerja di luar negeri selama satu tahun. GNP Tidak termasuk barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan asing yang beroperasi negara tersebut. Dengan konsep GNP tersebut ada perhitungan yang akan menimbulkan ”pembayaran dari luar negeri”. Timbulnya pembayaran dari dalam dan luar negeri akan menimbulkan pendapatan netto luar negeri (PNLN) yang merupakan selisih antara pembayaran dari dalam negeri dengan pembayaran ke dalam negeri. Jika diperbandingkan antara GDP dan GNP maka terdapat kondisi yang mungkin terjadi pada suatu negara:
GDP > GNP, berarti penghasilan penduduk suatu negara yang berkerja di luar negeri akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penghasilan orang asing di negara itu dan menunjukkan perekonomian negara belum maju, karena pembayaran ke luar negeri lebih besar bila dibanding dengan pendapatan dari luar negeri yang berarti pula bahwa investasi negara asing lebih besar dibanding investasi negara tersebut di luar negeri.
GDP < GNP, berarti penghasilan penduduk suatu negara yang berkerja di luar negeri akan lebih besar bila dibandingkan dengan penghasilan orang asing di negara tersebut dan menunjukkan bahwa perekonomian negara relatif maju, karena pembayaran ke luar negeri lebih kecil dibanding pendapatan dari luar negeri serta menunjukan investasi negera tersebut di luar negeri lebih besar. GDP = GNP, berarti penghasilan akan sama besar antara penduduk yang berkerja di dalam dan di luar negeri. Adapun produk nasional netto (NNP) adalah nilai pasar barang dan jasa yang dihasilkan selama satu tahun dikurangi penyusutan atau depresiasi dan penggantian modal (replacement). NNP dapat dirumuskan dengan persamaaan sebagai berikut : NNP = GNP – (penyusutan + replacement)Perhitungan Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional yang merupakan ukuran terhadap aliran uang dan barang dalam perekonomian dapat dihitung dengan tiga pendekatan: (1) Pendekatan produksi (production approach), (2) Pendekatan pendapatan (income approach), (3) Pendekatan pengeluaran (expenditure approach).
a. Pendapatan nasional dengan pendekatan produksi (production approach).
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added), dari semua sektor produksi. Penggunaan konsep ini dilakukan guna menghindari terjadinya perhitungan ganda (double accounting). Adapun nilai tambah adalah selisih harga jual produk dengan biaya produksi.
Perhitungan pendapatan dengan pendekatan produksi di Indonesia dilakukan dengan menjumlahkan semua sektor industri yang ada, sektor industri tersebut diklasifikasikan menjadi 11 sektor atas dasar Internasional Standard Industrial Clasification. Kemudian, dalam perkembangannnya perhitungan dengan pendekatan metode ini di Indonesia dilakukan dengan menggunakan 9 sektor yang meliputi sektor produksi (1) pertanian, perternakan dan kehutanan (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan (4) listrik, gas, dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, perseawan dan jasa perusahaan lain, Dan (9) jasa-jasa.
Metode produksi dapat dilihat dengan persamaan sebagai berikut :

Y = ∑ NTb1-9 atau Y = NTb1 + NTb2 + NTb3 ............................+NTb9 


Keterangan Y = Pendapatan nasional

NTb = Nilai Tambah

b. Pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran (income approach).

Metode ini dilakukan dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran oleh masyarakat maupun pemerintah, atau dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir unit-unit ekonomi. Pendekatan ini sering disampaikan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X-M)


Keterangan

Y : pendapatan nasional
C (consumption) : pengeluaran masyarakat berupa konsumsi
I (investment) : investasi
G (government) : pengeluaran pemerintah
X-M (export-import) : ekspor netto diambil dari selisih ekspor dan impor (X= ekspor dan M= impor)

c. Pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan (expenditure approach)

Pengertian pendapatan nasional dengan metode pendapatan adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat sebagai balas jasa atas penyerahan faktor-faktor produksi yang dimiliki selama tahun yang dinilai dengan satuan nilai uang.
Dengan demikian penghitungan ini merupakan penjumlahan dari sewa tanah, gaji upah, bunga modal atau bagi hasil investasi dan laba pengusaha. Secara matematis dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = W + I + R + P

Keterengan :
Y = pendapatan nasional
W (wages) = upah
I (interest/ invesment) = bunga (konvensional) atau bagi hasil (syariah)
R (Rent) = sewa
P (profit) = laba pengusaha
Penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan dalam perspektif konvensional dengan perspektif syariah terjadi perbedaan yang begitu signifikan. Dalam perspektif konvensional, penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan menggunakan bunga (interest/ I) dalam penghitungan matematisnya, sedangkan pendapatan nasional dengan metode pendapatan dalam perspektif islam menggunakan bagi hasil yang diperoleh dari investasi (invesment/ I), karena bunga adalah riba dan dihukumi haram oleh syariat islam.

Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Islam

Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) pada suatu negara. Saat GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita). Akan tetapi, bagi sejumlah ekonom (ekonom muslim) konsep tersebut ditolak. Mereka mengatakan bahwa GNP per kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna. Jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau menambah waktu istirahatnya, maka hal itu bukan menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk. Seharusnya ukuran kesejahteraan ekonomi dalam konsep GDP atau GNP riil harus mampu menggambarkan kesejahteraan pada suatu negara secara riil. Konsep GDP atau GNP riil dalam ekonomi konvensional tidak mampu menjawab hal tersebut.
Beberapa analisis penerapan konsep GDP riil/ per kapita secara Islami sebagai indikator kesejahteraan suatu negara dan selayaknya dilakukan oleh pemerintah sebagai berikut:
Umunya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP tidak mencerminkan kondisi riil pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat. Produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri, tidak tercakup dalam GNP. Dalam konsep tersebut seharusnya mampu menggambarkan dan mengenali penyebaran alamiah dari output perkapita secara riil. GNP juga tidak mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransaksikan di pasar. Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak memasuki pasar tidak tercatat di dalam GNP. Di samping itu, seharusnya konsep pendapatan nasional harus lebih memberi tekanan/ bobot terhadap produksi bahan kebutuhan pokok. Selama ini konsep pendapatan nasional memberi nilai yang sama antara bahan kebutuhan pokok dengan komoditas tersier lain jika nilai nominalnya sama.

a. Pendapatan nasional harus mampu mengukur produksi di sektor pedesaan dan sektor riil. Tingkat produksi komoditas dalam subsistem pedesaan dan sektor riil begitu penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan mengentaskan kemiskinan oleh pemerintah. Data tersebut dapat menjadi landasan kebijakan pemerintah dalam mengambil keputusan yang menyangkut ekonomi riil dan ekonomi masyarakat pedesaan.


b. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islami. Pendapatan per kapita yang yang ada selama ini tidak menyediakan data yang cukup untuk mengukur kesejahteraan yang sesungguhnya. Oleh karena itu sungguh menarik tentang apa yang telah dinyatakan dalam konsep measures for economic welfare oleh akademisi barat yang menyatakan bahwa kesejahteraan rumah tangga yang merupakan ujung dari seleruh kegiatan ekonomi yang sebenarnya bergantung pada tingkat konsumsinya. Karena sesungguhnya konsep ini memberikan petunjuk-petunujuk berharga untuk memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara islami


c. Konsep tersebut menggunakan 6 kategori yang lebih kompleks dalam pendekatannya, antara lain; (1) belanja untuk keperluan publik (public expenditure), (2) belanja rumah tangga (durable goods consumption), (3) memperkirkan kesejahteraan sebagai akibat urbanisasi, polusi, dan kemacetan (loss of welfare due to pollution, urbanization and congestion) (4) memperkirakan nilai jenis barang-barang tahan lama yang dikonsumsi selama satu tahun (value of durable actually consumed during the year), (5) memperkirakan nilai pekerjaan yang dilakukan sendiri, yang tidak melalui transaksi pasar (value of non-market services), dan (6) memperkirakan dari nilai rekreasi (value of leisure).

Selanjutnya, keenam kategori tersebut diimplementasikan dalam persamaan matematis sebagai berikut:
MEW = public expenditure – durable goods consumption – loss of welfare due to pollution, urbanization and congestion + value of durable actually consumed during the year + value of non-market services + value of leisure.

d. Pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah. Di negara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan transaksi yang didasarkan pada keinginan untuk melakukan amal kebajikan memiliki peranan penting. Tidak hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif bahkan produktif dalam masyarakat melalui zakat, infak dan shadaqah.

Di samping aspek material tersebut, secara singkat, satu elemen fundamental yang membedakan sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah merupakan kesejahteraan yang hakiki, dimana komponen rohaniah/ spiritual dan material hadir secara seimbang dan saling melengkapi. Dan pada intinya, ekonomi islam mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial islam. Maka dari itu, selain memasukkan unsur falah, perhitungan pendapatan nasional berdasarkan islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan umat.

http://indonesia-syariah.blogspot.com/2011/04/pendapatan-nasional-dalam-teori.html

Urgensi Pendapatan Nasional dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah ekonomi islam dimulai pada abad 14 M, munculnya pemikiran-pemikiran untuk kontinuinitas masalah ekonomi makro yang dibahas dalam syariat islam. Pembahhasan ini bertujuan untuk menuntaskan masalah ekonomi dengan sistem perekonomian modern dan menyuruti nilai-nilai khusus dari aset negara dan anggaran negara menurut obyektifitas syariat islam. Dan berupaa untuk menemukan bukti konkrit tentang evolosi ekonomi dimasyarakat Arab terdahulu, berlandaskan para penulis islam modern. Tokoh-tokoh islam telah mengetahui perbedaan-perbedaan yang relevan mengenai sistem ekonomi sosialis, sistem ekonomi kapitalis dengan sistem ekonomi islam. Inilah yang berperan dalam pengembangan ekonomi islam dan pendayagunaan masyarakat, sehingga tercapai-nya falah  di setiap segi kehidupan.
Untuk mencapai falah tersebut, dalam makalah ini saya menjelaskan bahwa islam keberatan terhadap pendapatan nasional versi sosialis maupun kapitalis, karena hanya sebagian orang yang merasakan kesejahteraan, sedangkan sebagian masyarakat tetap dalam kemiskinan.
Untuk itu, pendapatan nasional dalam perspektif islam merupakan sebuah jawaban untuk mencapai kesejahteraan ataupun falah di setiap segi kehidupan baik bermasyarakat, berbangsa ataupun bernegara. Untuk lebih jelasnya saya membahas pendapatan nasional dalam perspektif islam pada Bab II.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendapatan Nasional dalam Pendekatan Ekonomi Konvensional
Pendapatan Nasional adalah semua jenis barang atau jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam suatu periode tertentu. Jika kita analogikan dalam kehidupan sehari-hari Negara dapat kita misalkan sebuah perusahaan yang menghasilakan sebuah produk. Perusahan tersebut boleh mengklaim bahwa produk yang dihasilkanya sebagai pendapatannya, walaupun produk tersebut belum terjual. Begitu pula pada pendapatan Nasional, produk yang telah di produksi dapat diperhitungkan sebagai pendapatan nasional.
Pada perhitungan pendapatan nasional perlu diperhatikan juga adalah tentang setatus barang tersebut. Barang bekas tidak dapat kita jadikan perhitungan sebagai pendapatan nasional, karena pada barang bekas telah diperhitungkan sebagai pendapatan nasional semenjak barang tersebut pertama diproduksi. Jadi jika barang bekas tetap di hitung sebagai pendapatan nasional, maka akan terjadi perhitungan ganda atau yang sering disebut dengan double counting.
Dalam perhitungan pendapatan nasional juga terdapat istilah yang disebut dengan GDP dan GNP. Masing-masing memiliki kepanjangan GDP (Gross Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) hal yang membedakan diantara keduanya adalah, GDP adalah perhitungan pendapatan nasional pada area domestic, jadi apa saja yang diproduksi dalam Negara (domestic) maka product tersebut akan diakui sebagai pendapatan nasional. Sedangkan GNP adalah perhitungan pendapatan Nasional pada setiap warga Negara asli yang menghasilkan product, jadi apa saja yang dihasilkan warga Negara meskipun ia berada diluar Negara maka akan diakui sebagai pendapatan Negara.
Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan Produksi
Perhitungan ini dilihat berdasarkan pendekatan nilai tambah dari suatu barang yang diproduksi, maksudnya adalah. Suatu barang akan diperhitungkan nilainya hanya pada barang siap pakai saja (final goods) contohnya pada proses pembutan sepatu. Sebuah sepatu tidak akan diperhitungkan harga dari setiap bahan-bahan yang dibutuhkannya seprti kulit, benang, pewarna ataupun hiasannya. Tetapi yang akan diperhitungakan dalam Pendapatan Nasional adalah harga dari setiap sepatu yang sudah siap pakai. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perhitungan ganda. Pada Negara Indonesia sendiri perhitungan produksi ini biasanya hasil dari penjumlahan produksi dari setiap industry-industri .
2.      Pendekatan Pengeluaran
Perhitungan berdasarkan pengeluaran ini bisanya berdasarkan seberapa besar jumlah konsumsi atau penggunaan uang suatu Negara, yang mana perhitungannya sendiri dapat dilakukan melalui 4 sektor pengeluaran yaitu:
-          Konsumsi Rumah Tangga (C)
-          Investasi (I)
-          Pengeluaran Pemerintah (G)
-          Pengeluaran Eksport dan Import (X-M)
Dalam perhitungan ekonomi biasanya lebih familiar dengan formula :
Y =  C + I + G + X-M
Yang mana formula diatas lebih condong kepada pemerintahan yang sudah membuka keran ekspor impor di negerinya. Atau lebih sering disebut dengan perekonomian terbuka. Adapun dalam perhitungan ekonomi tertutup adalah :
Y = C + I + G
Yang membedakan diantara keduanya terletak pada ada tidaknya Eksport dan Import dalam suatu Negara. Jika Negara tidak melakukan Eksport-Import maka perekonomiannya bisa disebut dengan perekonomian tertutup, sedangkan jika sudah melakukan Eksport-Import maka disebut juga dengan  perekonomian terbuka.

3.      Pendekatan Pendapatan
Perhitungan ini sering disebut juga dengan NNP (Net National Product) NNP ini sama dengan GNP dikurangi dengan penyusutan. Perhitungan penyusutan ini perlu dilakukan agar perhitungan cadangan produksi dapat terjaga. Dalam perhitungan ini pula kita mengenal dengan apa yang disebut dengan GDP riil dan GDP nominal. GDP riil adalah  adalah perhitungan yang berdasarkan dengan harga tahun dasar, sedangan GDP nominal adalah perhitungan yang berdasarkan dengan harga tahun tersebut.

B.     Pendapatan Nasional dalam Perspektif Ekonomi Islam
Dalam perhitungan Pendapatan Nasional secara konvensional sering sekali terjadi masalah keraguan, masalahnya ketika kita melihat perhitngan yang dilakukan dengan cara GDP riil misalnya pasti pendaptan tersebut adalah hasil outup dibagi dengan jumlah penduduk. Lalu jika ada beberapa orang dari sekian penduduk yang memiliki pendapatan rendah apakah akan adil perhitungannya jika outuput total dibagi dengan jumlah penduduk? Padahal mungkin ada satu sisi masyarakat yang memang produktif tapi mungkin ada juga sisi lain yang mana ternyata masyarakatny kurang produktif. Maka perlu adanya perhitungan yang memang benar-benar mencerminkan pendapatan nasional yang sesungguhnya. Maka dalam perhitungan ekonmi islam terdapat prinsip yang harus dipegang teguh dalam perhitungan pendapatan nasional, yaitu:[1]
1.    Pendapatan national harus menggambarkan pendapatan masyarakat yang sesuai dengan penyebaran penduduk
2.   Pendapatan National perkotaan dan pedesaan harus dapat dibedakan, karena secara jelas produksinya tidak dapat disamakan.
3.   Pendapatan Nasional harus dapat mengukur secara jelas kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.
C.    GNP dalam Perspektif Islam
Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah panggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, di mana komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini. Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi(nidzom al-iqtishad) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia kepada real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya.
Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam.
Setidaknya ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahtraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias.Empat hal tersebut adalah:[2]
1.      Pendapatan Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga.
Penghitungan pendapatan nasional islami harus dapat mengenali
penyebaran alamiah dari output per kapita tersebut, karena dari sinilah
nilai-nilai sosial dan ekonomi Islami bisa musuk. Jika penyebaran pendapatan
individu secara nasional bisa dideteksi secara akurat, maka akan dengan mudah
dikenali seberapa besar rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
2.      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi Di Sektor Pedesaaan.
Peningkatan produksi pertanian di tingkat rakyat pedesaan,
umumnya justru mencerminkan penurunan harga produk-produk pangan di tangat
konsumen suburban, atau sekaligus mencerminkan peningkatan pendapatan para
pedagang perantara, yang posisinya berada di antara petani dan konsumen. Ketidakmampuan mendeteksi secara akurat pendapatan dari sektor subsisten ini jelas satu kelemahan yang harus segera diatasi, karena di sektor inilah bergantung nafkah dalam jumlah besar, dan di sinilah inti masalah dari distribusi pendatapan.
3.      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi Islami
Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan Nordhaus dan Tobin dengan Measures for Economics Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi kepada kesejahtraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwa kesejahtraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada tingkat konsumsinya.
4.      Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.
Sedekah memiliki peran yang signifikan di dalam masyarakat islam. Dan ini bukan sekedar pemberian suka rela kepada orang lain namun merupakan bagian dari kepatuhan dalam menjalankan kehidupan beragama. Di dalam masyarakat Islam, terdapat satu kewajiban menyantuni kerabat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Meski tidak gampang memperoleh datanya, upaya mengukur nilai dari pergerakan semacam ini dapat menjadi informasi yang sangat bermanfaat untuk mendalami bekerjanya sistem keamanan sosial yang mengakar di masyarakat islam.
D.    Konsep  Pendapatan Nasional
Untuk lebih memahami pendapatan nasional serta menghindari adanya kekeliruan, maka dalam ilmu ekonomi dikenal beberapa konsep pendapatan.[3]
1.      Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan seluruh warga masyarakat (termasuk warga negara asing) suatu negara dalam periode tertentu biasanya satu tahun.
Komponen-komponen pendapatan nasional yang termasuk dalam penghitungan dengan metode produksi, di antaranya, adalah sebagai berikut.
a.   Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan
b.  Pertambangan dan penggalian
c.   Industri pengolahan
d.  Listrik, gas, dan air minum
e.  Bangunan
f.   Perdagangan, hotel, dan restoran
g.   Pengangkutan dan komunkasi
h.  Bank dan lembaga keuangan lainnya
i.    Sewa rumah
j.    Pemerintahan dan pertahanan
k.   Jasa-jasa
 Hasil produksi dari setiap lapangan usaha tersebut dijumlahkan dalam satu tahun lalu dikalikan harga satuan masing-masing. Maka rumusnya adalah:

                                                     Y=(Q1.P1)+(Q2.Q2)+…(Qn.Pn)
K eterangan:
Y = Pendapatan nasional (Produk Domestik Bruto)
Q = Jumlah barang
 P = Harga barang

2.      Produk Nasional Bruto (PNB)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk di dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut yang berada/bekerja di luar negeri. Barang dan jasa yang dihasilkan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri, tidak termasuk GNP.
Komponen-komponen yang termasuk pendapatan nasional menurut metode pengeluaran adalah sebagai berikut :
1. Rumah tangga dengan jenis pengeluaran Konsumsi
    ( Consumption/ C )
2. Perusahaan dengan jenis pengeluaran Investasi ( Investment/ I )
3. Pemerintah dengan jenis pengeluaran, Pengeluaran Pemerintah
    ( Government Expenditure/ G )
4. Masyarakat luar negeri dengan jenis pengeluaran Ekspor – Impor
   (Export – Import/ X-M )

Dengan Y sebagai Produk Nasional Bruto, maka maka didapat rumus sebagai berikut :

Y = C + I + G + (X – M)

*) Jika PNB (GNP) tersebut dibagi jumlah penduduk, akan menghasilkan pendapatan per kapita.          

3.      Produk Nasional Netto (PNN)
Produk Nasional Netto (Net National Product/NNP) atau produk nasional bersih adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Lebih jelasnya dapat dilihat komponen-komponen pendapatan nasional menurut metode pendapatan yaitu berikut :
1. Alam dengan sewa (rent/ r ) sebagai balas jasa
2. Tenaga kerja dengan upah/gaji (wage/ w ) sebagai balas jasa
3. Modal dengan bunga (Interest/ i ) sebagai balas jasa
4. Skill Kewirausahaan  (Entrepreneurship) dengan laba (profit/ p )

Dalam rumus dapat akan tampak sebagai berikut:

Y = r + w + i + p

*) Hasil penghitungan pendapatan nasional (Y) dengan metode ini disebut Pendapatan Nasional (PN) atau National Income (NI).

4.      Pendapatan Nasional Netto (Bersih)
Pendapatan Nasional Bersih (Net National Income/NNI) adalah nilai dari produk nasional bersih (net national income) dikurangi dengan pajak tidak langsung.
5.      Pendapatan Perseorangan
Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima perseorangan sebagai balas jasa dalam proses produksi. Pendapatan perseorangan ini dapat juga disebut pendapatan kotor, karena tidak semua pendapatan perseorangan netto jatuh ke tangan pemilik faktor produksi, sebab masih harus dikurangi laba yang tidak dibagi, pajak penghasilan, iuran jaminan sosial maupun pembayaran yang bersifat transfer payment (pembayaran pindahan) seperti pensiunan.
6.      Pendapatan Bebas
Pendapatan Bebas (Disposable Income/DI) adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap untuk dibelanjakan penerimanya. Pendapatan ini merupakan hak mutlak bagi penerimanya. Pendapatan bebas diperoleh dari pendapatan perseorangan dikurangi pajak langsung.

7.      Pendapatan yang Dibawa Pulang
Pendapatan yang dibawa pulang (Take Home Pay/THP) adalah pendapatan yang dibawa pulang untuk membayar bermacam-macam kebutuhan. Pendapatan ini mempengaruhi permintaan efektif, sebab menggambarkan daya beli masyarakat. Take Home Pay diperoleh dari Disposbale Income dikurangi kewajiban/pengeluaran kepada pihak lain seperti untuk membayar utang. [4]

E.     Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan dan Penawaran Agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.[5]
Konsumsi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan nasional. Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
BAB III
PENUTUP

Pendapatan Nasional adalah semua jenis barang atau jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam suatu periode tertentu. Jika kita analogikan dalam kehidupan sehari-hari Negara dapat kita misalkan sebuah perusahaan yang menghasilakan sebuah produk. Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan Produksi
2.      Pendekatan Pengeluaran
3.      Pendekatan Pendapatan
ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahtraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut adalah:
1.      Pendapatan Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga.
2.      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi Di Sektor Pedesaaan.
3.      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi Islami
4.      Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.



[1] Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 193.
[2] Ibid., hlm. 197.
[3] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroeonomi & Makroekonomi). (Jakarta: Lembaga Penerbt Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), hlm. 235.
[4] Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 35.
[5] M. Abdul Mannan, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 235.